Bapak Toirin dan Ibu Samijah yang pantang menyerah

Bapak Toirin dan Ibu Samijah yang pantang menyerah

Tulisan ini saya dapat di salah satu postingan Kaskus dari agan syaban1412 . Buat temen-temen yang berada di sekitaran Surabaya, khususnya yang sering ke Royal Plaza tolong sempatkan lah sejenak untuk melihat dan membeli dagangan dari kedua suami istri ini. mereka tidak ingin menyerah dari hidup. tetap ingin berusaha berdagang tanpa terbesit keinginan untuk mengemis.

Assalamualaikum agan2 semua, tadi pas waktu buka fb ane liat temen ane ngeshare tentang kisah perjuangan suami istri yang sudah tua berjuang hidup di kota Surabaya dengan berjualan balon , dideket Plaza Royal sebelah selatan

Maaf klo ane ngeshare disini soalnya paling rame disini gan, klo agan2 orang Surabaya atau lagi main ke Surabaya, tolong dibantu suami istri ini dengan membeli dagangannya, murah kq gan, yg paling kecil cm Rp.1000,- yg paling gedhe Rp.20.000,-


1. NAMA : Bapak Toirin bersama Istri tercinta Ibu Samijah
2. USIA : Bapak Toirin berusia 80 thn sedangkan Ibu Samijah 54 thn
3. ALAMAT : Jetis Baru gang 4/3a, Surabaya
4. TEMPAT DAGANG : sepasang suami istri ini berjualan di sebelah selatan Royal Plaza Surabaya, tepat di pinggiran trotoar
5. DAGANGAN : balon warna warni ukuran kecil hingga besar. Balon yang paling kecil 1000 rupiah, agak besar 2500 rupiah, yang ukuran sedang seperti tampak di gambar 5000 rupiah, sedangkan yang lebih besar lagi dengan bentuk buah semangka 10000 rupiah, yg lebih besar lagi 15000 berupa gambar mimik wajah, dan yang paling jumbo 20000 rupiah. Ayo dibeli, bagus kok balonnya, bagus untuk mainan adik kawan-kawan atau bahkan anak-anak bapak dan ibu. Dengan membeli balon ini insha Allah membantu mereka untuk makan dan sedikit menabung
6. KENDARAAN : jalan kaki
7. WAKTU BERJUALAN : sekitar Pukul 15.00 – malam(menjelang Royal Plaza tutup, pukul 22.00)

Tambahan : Bapak Toirin bersama istri(Ibu Samijah) adalah perantau di Surabaya yang berasal dari Kota Blitar sejak tahun 1977. Awal karir Bapak Toirin adalah sebagai tukang becak. Alasan beralih profesi karena pada 20 tahun lalu, Bapak Toirin(saat itu berusia sekitar 60an tahun) sudah tak sanggup lagi mengayuh becak karena stamina yang menurun terkikis usia. Kerut-kerut usia lemahkan otot-otot kekar beliau sejak 20 tahun yang lalu. Namun hal ini tidak menyebabkan beliau putus harapan untuk terus mencari nafkah halal bagi keluarga, seorang istri yang setia dan 4 orang anak(2 pria dan 2 wanita). Lihatlah! Beliau tidak mau mengemis! Beliau terus berjuang bersama istri di tengah-tengah kondisi ekonomi yang terus melarat. Bahkan sempat ada ibu-ibu menyelipkan beberapa lembar uang kertas dikepalan tangan beliau yang sedang menggenggam tangkai balon, ibu-ibu itu segera pergi berlalu, dan Bapak Toirin menatap uang tersebut dengan pandangan kecewa seakan ingin berkata,”SAYA BUKAN PENGEMIS, SAYA HANYA BERHARAP ANDA MEMBELI BALON SAYA”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Back To Top