Kamagasaki, Kota Yang Dihilangkan Dari Peta Jepang

Kamagasaki, Kota Yang Dihilangkan Dari Peta Jepang


Udah lama nggak ‘jalan-jalan’ ke Jepang secara virtual, ada rasa kangen juga terhadap negara gudangnya monster tersebut (menurut versi Kamen Rider, Ultraman, dan Power Ranger yah). Dan secara nggak sengaja saya menemukan sebuah topik yang menurut saya menarik banget untuk dibagi dalam blog ini, yaitu tentang sebuah kota yang tidak tercantum dalam peta Jepang.

Sewaktu saya menemukan topik tersebut, imajinasi liar langsung melayang pada manga Eden no Ori (dalam versi Indonesia berjudul Cage of Eden), yang menceritakan tentang sebuah pulau yang dipenuhi oleh berbagai hewan prasejarah. Pulau tersebut sangatlah misterius sampai-sampai tidak tercantum dalam peta dunia, dan belakangan diketahui pulau itu sengaja dirahasiakan karena satu dan lain hal (kalau saya sebut disini nanti jadi spoiler dong). Masalahnya, pulau dalam Eden no Ori adalah pulau terpencil. Mengingat selama ini Jepang dikenal sebagai negara yang sangat maju, apakah betul di Jepang ada sebuah kota yang tidak tercantum dalam peta?

Dan… voila, ya, memang ada sebuah kota di Jepang yang sengaja tidak dicantumkan dalam peta Jepang. Adalah Kamagasaki, nama sebuah kota dalam kota yang keberadaannya tidak diakui oleh pemerintah Jepang, bahkan karena satu dan lain hal cenderung ditutup-tutupi. Penasaran seperti apa Kamagasaki itu?

Suasana salah satu pasar barang bekas di sudut Kamagasaki. Cukup crowded dan tampak sedikit kumuh

Sekilas tentang Kamagasaki

Kenapa saya tulis Kamagasaki sebagai kota dalam kota? Karena Kamagasaki memang bukan kota yang sesungguhnya. Tempat ini merupakan sebuah kawasan yang menjadi bagian dari Distrik Nishininari di Osaka, tepatnya terdiri dari area Nishinari-ku Taishi, Haginochaya, Sanno, North Hanazono, dan Tengachaya. Nama Kamagasaki sudah ada sejak tahun 1922, namun nama resmi tempat ini adalah Airin-chiku (digunakan sejak tahun 1966). Luasnya kurang lebih mencapai 1-2 kilometer persegi.


Meskipun tampak gedung yang cukup tinggi dan megah, namun aura kumuh masih tetap terpancar di setiap sudut tempat

Airin Work Center
Penuaan tunawisma di sebuah pusat tenaga kerja di mana orang datang untuk mencari pekerjaan di Kamagasaki, Osaka. Pekerjaan langka di sini. Setelah kota hari buruh berkembang ', hari ini Kamagasaki memiliki sekitar 25.000 buruh harian terutama tua; diperkirakan 1.300 tunawisma.

Sepeda yang diparkir di sebuah pusat tenaga kerja di Kamagasaki. Sepeda adalah metode utama transportasi bagi para tunawisma dan pengangguran

Seperti apa Kamagasaki itu?

Berbanding terbalik dengan image Jepang sebagai negara modern, dan khususnya image Osaka sebagai salah satu kota terbesar di Jepang, Kamagasaki merupakan area kumuh terbesar di Jepang. Karena dianggap tidak sesuai dengan standar hidup penduduk Jepang pada umumnya, area Kamagasaki kemudian dianggap tidak ada oleh pemerintah Jepang. Bahkan pemerintah Osaka tidak mengijinkan nama Kamagasaki muncul dalam peta resmi, dan tercatat beberapa kali ada usaha dari pemerintah untuk membatasi penyebutan nama Kamagasaki dalam berbagai media (termasuk menarik sebuah film berjudul “Fragile” dari Osaka Asian Film Festival karena film tersebut menyorot kawasan Kamagasaki). Akibatnya, nama Kamagasaki hanya muncul dari mulut ke mulut saja dan tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah penduduk disini walau ada yang memperkirakan sekitar 30000 populasi yang ada di Kamagasaki.

Kawasan kumuh di daerah Kamagasaki di Osaka Jepang. 

Yosiko Motihara, mantan tunawisma, di kamarnya mengelola tempat penampungan selama hampir 1.000 tunawisma di lingkungan Kamagasaki di Osaka. Terletak di bangsal selatan Nishinari, Kamagasaki secara resmi sebuah daerah kumuh yang belum diakui seperti masyarakat, kurang dari satu kilometer persegi di mana lebih dari 20.000 orang datang dan pergi membentuk populasi laki-laki hampir eksklusif dengan usia rata-rata 55 baik pada pensiun, kesejahteraan atau tunawisma.

Orang-orang menunggu dalam antrean untuk tidur di dalam pusat tenaga kerja di Kamagasaki. Pusat ini digunakan untuk menarik pekerja dari seluruh Jepang untuk Hari Buruh dengan gaji tinggi, tapi dengan pekerjaan begitu langka saat ini digunakan sebagai tempat penampungan tunawisma selama malam.
Apa saja yang ada di Kamagasaki?

Saat ini, populasi di Kamagasaki didominasi oleh para pengangguran, pekerja paruh waktu, maupun pekerja kasar. Tak sedikit dari mereka yang datang ke tempat ini setelah di PHK oleh perusahaan tempat mereka bekerja, sekedar melarikan diri dari kenyataan hidup, bahkan ada juga yang sengaja lari untuk menghindari jeratan hukum. Jadi tak heran jika pemandangan tuna wisma (mayoritas sudah berusia lanjut) tidur di pinggir jalan menjadi pemandangan yang wajar ditemukan di Kamagasaki, termasuk pemandangan antrian para tuna wisma yang ingin mendapat makanan cuma-cuma dari lembaga/yayasan non-profit. Pemandangan lain yang biasa ditemukan di Kamagasaki adalah banyaknya hotel murah yang dikenal dengan istilah “doya”. Begitu juga dengan bar murah, dan orang-orang yang berkumpul di taman untuk menyaksikan TV bersama-sama.

Akira Iwamoto, 73 dari Osaka tinggal di ruangan ini 2x3 di Kamagasaki sejak tahun 1973. Ia Nowl kehidupan kesejahteraan dan semua keluarga terdekatnya sudah mati. Dia bersyukur hari ini untuk menjadi lajang karena ia tidak mampu untuk memiliki keluarga sekarang. Akira telah sangat menderita depresi dan telah mencoba bunuh diri lima kali karena tenggelam dan junmping di depan kereta api. Terletak di bangsal selatan Nishinari, Kamagasaki adalah kumuh seperti masyarakat, kurang dari satu kilometer persegi di mana lebih dari 20.000 orang datang dan pergi membentuk populasi laki-laki hampir eksklusif dengan usia rata-rata 55 baik pada pensiun, kesejahteraan atau tunawisma.
Pria tunawisma mencari sampah untuk barang-barang mereka dapat menjual dan kehilangan uang di lingkungan Kamagasaki di Osaka. Terletak di bangsal selatan Nishinari, Kamagasaki adalah kumuh seperti masyarakat, kurang dari satu kilometer persegi di mana lebih dari 20.000 orang datang dan pergi membentuk populasi laki-laki hampir eksklusif dengan usia rata-rata 55 baik pada pensiun, kesejahteraan atau tunawisma.

Tenda dan tempat tidur kardus di jalanan. lingkungan Kamgasaki di Osaka. Tunawisma tidur di dekatnya dan dalam kelompok untuk perlindungan. Terletak di bangsal selatan Nishinari, Kamagasaki adalah kumuh seperti masyarakat, kurang dari satu kilometer persegi di mana lebih dari 20.000 orang datang dan pergi membentuk populasi laki-laki hampir eksklusif dengan usia rata-rata 55 baik pada pensiun, kesejahteraan atau tunawisma.

Walau begitu, di Kamagasaki juga tetap bisa ditemukan adanya sekolah seperti SMP dan sekolah Teologi. Ada juga beberapa bangunan lain seperti Nishinari Labor Hello Work, Airin Labor and Welfare Center, dan Nishinari Citizen Center. Kamagasaki juga memiliki beberapa hari besar seperti Kamagasaki May Day (1 Mei), Kamagasaki Summer Festival (13-15 Agustus), Come Here Festival, aneka konser, dan lain-lain. Intinya, walau Kamagasaki bukanlah tempat yang biasa dibayangkan dari negara Jepang, dan juga bukanlah tempat tujuan wisata favorit untuk warga setempat sekalipun, tempat ini cukup menarik untuk diketahui oleh mereka yang ingin mengenal Jepang yang sesungguhnya.

Seorang anak pelukan di malam hari sementara ibunya gahters orang di sekitar tunawisma di luar sebuah pusat tenaga kerja n lingkungan Kamagasaki di Osaka. Sang ibu memiliki empat anak dari empat orang yang berbeda, adalah pada kesejahteraan dan Penawaran resep pil tidur.

Seorang pria membawa sekitar tas kaleng di Osaka. Mengumpulkan sampah menyediakan sumber utama pendapatan bagi banyak orang.

Apakah Kamagasaki berbahaya?

Sebetulnya, tergantung dari definisi berbahaya bagi masing-masin orangg. Memang di tempat ini tercatat pernah terjadi beberapa kali kerusuhan, termasuk bentrokan dengan pejabat kepolisian setempat. Di Kamagasaki juga menjadi tempat berkumpulnya para anggota yakuza, dan nggak sedikit juga yakuza yang bermarkas di area ini (konon jumlahnya mencapai 90 kantor yakuza). Belum lagi di area ini tingkat konsumsi alkoholnya sangat tinggi, dan mayoritas penduduknya pun berjenis kelamin laki-laki sehingga nyaris tak ada ruang untuk perempuan (kecuali yang punya “kepentingan bisnis” di Kamagasaki). Tak heran jika kaum perempuan bisa jadi akan merasa kurang nyaman berada di area ini. 

Walau begitu, penduduk Kamagasaki sebetulnya cukup ramah, punya ikatan persahabatan yang kuat, dan juga berpendidikan. Minimal bisa baca dan tulis. Rata-rata rutinitas harian mereka diawali dengan membaca koran, dan karena mereka umumnya merupakan korban dari krisis ekonomi, tak sedikit penduduk Kamagasaki yang punya pandangan luas dalam bidang politik maupun ekonomi. Jauh lebih luas dari rata-rata pekerja kantoran sehingga menarik dijadikan teman bertukar pikiran. Jadi tak sedikit juga orang yang akhirnya lebih suka menggunakan kata “unik” untuk menjelaskan tentang Kamagasaki setelah bersentuhan langsung dengan penduduk setempat. 

Kenapa saya berbagi tentang Kamagasaki?

Ada satu alasan mengapa saya tertarik menulis tentang Kamagasaki. Saya ingin memberikan informasi saja bahwa negara semodern Jepang pun bukanlah sebuah negara yang sempurna. Jadi jangan terlalu berkiblat pada luar negeri dan menjelekkan negeri sendiri, karena belum tentu negara lain sebagus kelihatannya. Lebih baik fokus membangun negeri sendiri, betul nggak?

Oya, bagi yang tertarik melihat langsung Kamagasaki, tempat ini bisa dicapai diantaranya melalui Stasiun Shin-Imamiya (Nankai Main Line, Koya Line, Osaka Loop Line), Stasiun Imaike (Hankai Line), Stasiun Dobutsuen-mae (Midosuji Line, Sakaisuji Line). Semoga informasinya bermanfaat yah.



1 juli 2014
Writter: Batitong
Amazing Place



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Back To Top